Minggu, 27 Desember 2015

Analisis BCG Matrix pada PT Sido Muncul

Boston Consulting Group (BCG) adalah perusahaan konsultan manajemen global, didirikan oleh Bruce Henderson pada tahun 1963. Memiliki 69 kantor di 40 negara, dan CEO sekarang adalah Hans-Paul Biirkner. BCG umumnya digolongkan sebagai salah satu pengurus “paling bergengsi” konsultan perusahaan dalam industri itu.
Matriks BCG dapat di gambarkan sebagai berikut :

Matriks BCG adalah perangkat strategi untuk memberi pedoman pada keputusan alokasi sumber daya berdasarkan pangsa pasar. Matriks BCG merupakan empat kelompok bisnis, yaitu :
1.      Bintang (Star) mewakili peluang jangka panjang terbaik untuk pertumbuhan dan profitabilitas bagi organisasi. Divisi dengan pangsa pasar relatif yang tinggi dan tingkat pertumbuhan industri yang tinggi seharusnya menerima investasi yang besar untuk mempertahankan dan memperkuat posisi dominan mereka. Kategori ini adalah pemimpin pasar namun bukan berarti akan memberikan arus kas ositif bagi perusahaan, karena harus mengeluarkan banyak uang untuk memenangkan pasar dan mengantisipasi para pesaingnya.
2.      Tanda tanya (Question Mark) memiliki posisi pangsa pasar relatif yang rendah, tetapi mereka bersaing dalam industri yang bertumbuh pesat. Bisnis ini disebut tanda tanya karena organisasi harus memutuskan apakah akan memperkuat divisi ini dengan menjalankan strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk) atau menjualnya.
3.      Sapi perah (Cash Cow) memiliki pangsa pasar relatif yang tinggi tetapi bersaing dalam industri yang pertumbuhannya lambat. Disebut sapi perah karena menghasilkan kas lebih dari yang dibutuhkanya, mereka seringkali diperah untuk membiayai untuk membiayai sektor usaha yang lain. Banyak sapi perah saat ini adalah bintang di masa lalu, divisi sapi perah harus dikelola unuk mempertahankan posisi kuatnya selama mungkin.
4.      Anjing (Dog) dari organisasi memiliki pangsa pasar relatif yang rendah dan bersaing dalam industri yang pertumbuhannya rendah atau tidak tumbuh. Mereka adalah anjing dalam portofolio perusahaan. Karena posisi internal dan eksternalnya lemah, bisnis ini seringkali dilikuidasi, divestasi atau dipangkas dengan retrenchment. Ketika sebuah divisi menjadi anjing, retrenchment dapat menjadi strategi yang terbaik yang dapat dijalankan karena banyak anjing yang mencuat kembali, setelah pemangkasan biaya dan aset besar-besaran, menjadi bisnis yang mampu bertahan dan menguntungkan.

Analisis BCG Pada PT Sido Muncul
Lingkungan dimana perusahaan beroperasi berubah dengan cepat, baik politik, sosial, ekonomi maupun tekhnologi. Perubahan lingkungan tersebut akan membuat pelaku industri untuk mengevaluasi rencana bisnis dan menurut perusahaan untuk mampu merencanakan bisnisnya dengan baik agar dapat bertahan, tumbuh dan berkembang. Memasuki millenium ketiga, tantangan dan hambatan yang dihadapi dunia industri semakin besar. Persaingan dunia industri di Indonesia semakin ketat, sehingga setiap perusahaan diharuskan meningkatkan kemampuannya untuk bersaing dalam perekonomian global.
Industri besar dan global mulai masuk ke berbagai industri makanan dan minuman, sebagai contoh adalah Air Mancur dan Nyonya Meneer. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk mengetahui posisinya dalam persaingan, sehingga perusahaan dapat merencanakan strategi pemasarannya.
Berdasarkan data hasil olahan Departement Perindustrian dan Perdagangan menunjukan bahwa perusahaan yang terlibat dalam industri jumlahnya meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2008 tercatat 2673 perusahaan dan berkembang menjadi 2924 perusahaan pada tahun 2009. Data tersebut memperlihatkan terjadinya pertumbuhan industri sebesar 4,48 %. Hal ini menunjukan perusahaan harus memperhatikan perencanaan dalam menjalankan usahanya, karena persaingan yang terjadi dalam perusahaan dapat mengakibatkan ancaman maupun peluang bagi setiap perusahaan.

Persaingan industri semakin ketat seiring dengan terus meningkatnya laju pertumbuhan industri. Persaingan ini mengakibatkan setiap industri lebih jeli dalam merumuskan strategi pemasaran perusahaannya. PT Sido Muncul merupakan industri jamu tradisional yang berada pada skala industri besar. Saat ini pertumbuhan pasar industri sebesar 16,67 % sedangkan pangsa pasar relatif terhadap pesaing utama adalah 0,07. Matriks Boston Consulting Group menytakan adalah perusahaan berada dalam posisi tanda tanya.

Minggu, 20 Desember 2015

PROFIL WIRAUSAHA SUKSES (Pengusaha Puding Puyo)

Founder dari Puyo ini adalah sepasang kakak adik yaitu Adrian Christoper Agus (23) dan Eugenie Patricia Agus (21). Bermula pada hobi sang ayah yang suka memasak, resep puding yang dimiliki ayah pun kini telah di kembangkan sehingga memiliki 9 rasa. Tidak tanggung-tanggung, Adrian serta Eugenie bereksperimen selama 3 bulan untuk mengembangkannya. Ini dilakukan agar puding Puyo mereka memiliki karakter serta rasa yang berbeda dari puding yang sudah beredar. Puyo tidak menggunakan susu hewani, melainkan menggunakan susu nabati,
Menurut Adrian dan Eugenie, marketing melalui sosial media sangatlah penting. Sosial media khususnya instagram sangat membantu usaha mereka, ditambah lagi mereka melakukan endorsmen kepada artis-artis untuk memperkenalkan produk mereka. Tidak hanya melalui sosial media, Adrian dan Eugenie kerap mengikuti bazar-bazar lokal yang sedang marak diadakan di mall-mall.
Dari modal 5 juta rupiah mereka mampu mengembangkan bisnisnya, yang dulunya hanya mampu memproduksi 100 cup per hari, kini permintaan mereka 10.000 cup perhari. Kini Adrian dan Eugenie telah memiliki 16 gerai serta 4 mobil box pendingin. Mereka berharap Puyo dapat bersaing dengan puding-puding dari luar negri yang sudah masuk lebih dulu di pasar Indonesia. Peluang bisnis kuliner atau usaha di bidang makanan dan minuman termasuk bisnis yang menjanjikan. Selama manusia masih butuh makan dan minum, selama itu pula pelaku usaha bisa mendulang untung besar.
Di samping menjualan makanan utama, jenis lain yang disukai konsumen adalah makanan penutup (desert). Salah satu desert yang populer di lidah masyarakat Indonesia adalah puding. Pelaku usaha yang merasakan manisnya laba dari bisnis ini adalah pasangan kakak adik Adrian Christopher Agus dan Eugenie Patricia Agus. Di bawah bendera Puyo, mereka merintis bisnis ini sejak Juli 2013.
Adrian mengaku alasan dia memproduksi puding awalnya iseng belaka. "Waktu itu ayah mencoba membuat resep puding. Ternyata, rasanya enak dan berbeda dengan puding yang dijual di pasar. Kami melihat ini sebagai peluang potensial," ujar pria yang baru berusia 22 tahun ini.
Bermodalkan uang Rp5 juta dari sang ayah, kakak adik ini mulai membeli perlengkapan dan peralatan untuk membuat puding. Setelah bereksperimen selama tiga bulan, Adrian menjual puding Puyo pada Juli 2013. Menurut dia, satu hal yang membedakan Puyo dengan puding lainnya ada di bahan dasar dan rasa. Alih-alih menggunakan susu hewani, dia justru memilih susu nabati yang lebih sehat. "Bukan cuma lebih sehat, puding kami juga cocok bagi mereka yang tidak bisa mengonsumsi susu hewani."
Selain itu, Puyo juga menawarkan rasa-rasa tak biasa, misalnya ubi ungu (taro), permen karet (bubble gum), pisang, teh hijau (green tea), stroberi, cokelat, mangga, dan hazelnut. Setial rasa hadir dengan warna puding yang menarik dan berbeda satu sama lain.
Pertumbuhan usaha Adrian dan Eugene tak hanya terlihat dari bertambahnya varian rasa, tetapi kapasitas produksi. Jika dulu dia hanya mampu membuat 100 cup puding, kini tim Puyo mampu menghasilkan 2.000-3.000 cup puding setiap hari.
Satu kemasan puding Puyo memiliki isi 240gram. Adrian membanderol puding-puding tersebut dengan harga Rp12.500 per cup dan Rp135.000 untuk satu lusin cup puding. Sayangnya, dia tidak mau mengungkapkan omzet dan margin keuntungan yang dia dapat. "Omzet Puyo di luar ekspektasi kami. Yang jelas, bisnis puding ini sangat potensil," katanya.

Setelah sukses menggaet konsumen via media sosial, dia juga beberapa kali mengikuti bazaar. Dari situ, antusiasme pembeli akan brand Puyo terus meningkat. Selain mengikuti bazaar, dia pun memberanikan diri untuk membuka gerai atau booth di dalam mall. Booth Puyo pertama diresmikan di salah satu pusat perbelanjaan di Alam Sutera, Tangerang, Jawa Barat dan booth kedua berlokasi di daerah Jakarta Selatan.