Tari Yapong Betawi
Tari yapong adalah tarian kesukaanku karna aku berasal dari keluarga betawi.Ayahku betawi asli dan ibuku juga betawi tetapi ibuku ada campuran sunda dari kakekku.Menurutku yapong itu tarian tradisional untuk pertunjukan. Pada mulanya, Yapong bukan tari pergaulan seperti
Jaipongan dari Jawa Barat, namun kemudian dalam perkembangannya kadang
kala berfungsi sebagai tari pergaulan untuk mengisi acara sesuai
permintaan karena tarian ini penuh dengan variasi.
Tari Yapong memiliki gerakan yang gembira, dinamis, dan erotis.
Istilah Yapong ini lahir dari bunyi lagunya ya, ya, ya, ya, yang
dinyanyikan artis pengiringnya serta suara musik yang berkesan pong,
pong, pong, sehingga lahirlah “ya-pong” dan berkembang
menjadi Yapong. Tak ada makna apapun yang terkandung dalam penamaan
Yapong, karena seperti yang telah diungkapkan penamaan tersebut
merupakan onomatope dari bunyi-bunyi yang terdapat dalam musik dan
tarian tersebut.
Secara sosiologis, kebudayaan Jakarta tidak hanya didomonasi oleh
masyarakat Betawi, tetapi merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya
masyarakat yang ada di dalamnya, termasuk Tari Yapong. Tarian ini
diwarnai oleh tari rakyat Betawi, kemudian diolah dengan unsur-unsur
tari pop, antara lain unsur tari daerah Sumatera. Karena kesenian Betawi
banyak dipengaruhi oleh unsur kesenian Tionghoa, maka dalam tari Yapong
juga tidak terlepas dari pengaruh unsur kesenian Tionghoa, misalnya
dalam kain yang dipakai oleh para penari terdapat motif-motif naga
dengan warna merah menyala seperti kostum penari khas pemain Opera
Beijing. Selain itu, corak pakaian yang dikenakan oleh para penarinya,
merupakan pengembangan pakaian tari Kembang Topeng Betawi. Tampak jelas
bentuk serta ragam hias tutup kepala serta selendangnya yang disebut
toka-toka.
Alat musik yang digunakan saat tarian ini dipergelarkan adalah campuran antara Betawi, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Yapong diciptakan oleh Bagong Kusudiardjo awal tahun 1975 sebagai bagian Teater Tari Pangetan Jayakarta dalam rangka mempersiapkan acara peringatan HUT Kota Jakarta ke-450 pada tahun 1977. Tari untuk perempuan ini awalnya banyak dipengaruhi oleh tarian Topeng Blantek.
Tahun 1977, Dinas Kebudayaan DKI menyiapkan sebuah pergelaran tari
massal yang spektakuler dengan mempergelarkan cerita perjuangan Pangeran
Jayakarta. Untuk mempersiapkan pergelaran itu, Bagong mengadakan
penelitian selama beberapa bulan mengenai kehidupan masyarakat Betawi
melalui perpustakaan, film, slide maupun langsung pada masyarakat
Betawi. Akhirnya pergelaran tari ini berhasil dipentaskan pada tanggal
20 dan 21 Juni 1977 di Balai Sidang Senayan. Pementasannya didukung 300
orang artis dan musikus. Dalam adegan tersebut dipertunjukkan suasana
gembira menyambut kemenangan Pangeran Jayakarta.
Bagong Kussudiarjo seusai pementasan menggubah tari Yapong dari
bentuk sendratari kemudian mengembangkannya sebagai tarian lepas.
Setelah menjadi tarian lepas, dalam tarian tersebut memanfaatkan
instrumen Rebana Biang, Rebana Hadroh, dan Rebana Ketimpring.
Selain itu, penyajian yang baru diciptakan oleh Warta Selly, Wiwiek Widiastuti, dan Joko Sudarsono.
Kali ini, Tari Yapong digunakan untuk acara-acara resmi seperti
penyambutan tamu dan kenduri. Selanjutnya, adanya instrumen rebana juga
memengaruhi perkembangan tarian ini, gerakan Gitek Balen diciptakan oleh Abdurachman
merupakan respon dari suara rebana tersebut. Gitek berarti goyang, dan
Balen merupakan pola dari pukulan instrumen tersebut. secara
keseluruhan, tarian yang kita kenal sebagai Tari Yapong ini merupakan
gambaran dari dinamika tubuh perempuan dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar