Jumat, 16 Januari 2015

TARI YAPONG BETAWI

Tari Yapong Betawi
Tari yapong adalah tarian kesukaanku karna aku berasal dari keluarga betawi.Ayahku betawi asli dan ibuku juga betawi tetapi ibuku ada campuran sunda dari kakekku.Menurutku yapong itu tarian tradisional untuk pertunjukan. Pada mulanya, Yapong bukan tari pergaulan seperti Jaipongan dari Jawa Barat, namun kemudian dalam perkembangannya kadang kala berfungsi sebagai tari pergaulan untuk mengisi acara sesuai permintaan karena tarian ini penuh dengan variasi.
Tari Yapong memiliki gerakan yang gembira, dinamis, dan erotis. Istilah Yapong ini lahir dari bunyi lagunya ya, ya, ya, ya, yang dinyanyikan artis pengiringnya serta suara musik yang berkesan pong, pong, pong, sehingga lahirlah “ya-pong” dan berkembang menjadi Yapong. Tak ada makna apapun yang terkandung dalam penamaan Yapong, karena seperti yang telah diungkapkan penamaan tersebut merupakan onomatope dari bunyi-bunyi yang terdapat dalam musik dan tarian tersebut.
Secara sosiologis, kebudayaan Jakarta tidak hanya didomonasi oleh masyarakat Betawi, tetapi merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya, termasuk Tari Yapong. Tarian ini diwarnai oleh tari rakyat Betawi, kemudian diolah dengan unsur-unsur tari pop, antara lain unsur tari daerah Sumatera. Karena kesenian Betawi banyak dipengaruhi oleh unsur kesenian Tionghoa, maka dalam tari Yapong juga tidak terlepas dari pengaruh unsur kesenian Tionghoa, misalnya dalam kain yang dipakai oleh para penari terdapat motif-motif naga dengan warna merah menyala seperti kostum penari khas pemain Opera Beijing. Selain itu, corak pakaian yang dikenakan oleh para penarinya, merupakan pengembangan pakaian tari Kembang Topeng Betawi. Tampak jelas bentuk serta ragam hias tutup kepala serta selendangnya yang disebut toka-toka.
Alat musik yang digunakan saat tarian ini dipergelarkan adalah campuran antara Betawi, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Yapong diciptakan oleh Bagong Kusudiardjo awal tahun 1975 sebagai bagian Teater Tari Pangetan Jayakarta dalam rangka mempersiapkan acara peringatan HUT Kota Jakarta ke-450 pada tahun 1977. Tari untuk perempuan ini awalnya banyak dipengaruhi oleh tarian Topeng Blantek. Tahun 1977, Dinas Kebudayaan DKI menyiapkan sebuah pergelaran tari massal yang spektakuler dengan mempergelarkan cerita perjuangan Pangeran Jayakarta. Untuk mempersiapkan pergelaran itu, Bagong mengadakan penelitian selama beberapa bulan mengenai kehidupan masyarakat Betawi melalui perpustakaan, film, slide maupun langsung pada masyarakat Betawi. Akhirnya pergelaran tari ini berhasil dipentaskan pada tanggal 20 dan 21 Juni 1977 di Balai Sidang Senayan. Pementasannya didukung 300 orang artis dan musikus. Dalam adegan tersebut dipertunjukkan suasana gembira menyambut kemenangan Pangeran Jayakarta.
Bagong Kussudiarjo seusai pementasan menggubah tari Yapong dari bentuk sendratari kemudian mengembangkannya sebagai tarian lepas. Setelah menjadi tarian lepas, dalam tarian tersebut memanfaatkan instrumen Rebana Biang, Rebana Hadroh, dan Rebana Ketimpring.
Selain itu, penyajian yang baru diciptakan oleh Warta Selly, Wiwiek Widiastuti, dan Joko Sudarsono. Kali ini, Tari Yapong digunakan untuk acara-acara resmi seperti penyambutan tamu dan kenduri. Selanjutnya, adanya instrumen rebana juga memengaruhi perkembangan tarian ini, gerakan Gitek Balen diciptakan oleh Abdurachman merupakan respon dari suara rebana tersebut. Gitek berarti goyang, dan Balen merupakan pola dari pukulan instrumen tersebut. secara keseluruhan, tarian yang kita kenal sebagai Tari Yapong ini merupakan gambaran dari dinamika tubuh perempuan dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar